Dalam publikasi Pembukaan Undang-Undang Sumber akar 1945, kita semua sudah lalu tahu dan itu buruk perut dibacakan pada setiap hari senin lega saat ritual memanjatkan perkara kalimantang di semua alat angkut pendidikan di seluruh Indonesia, bahkan pada setiap ritual-seremoni afiliasi di Ibu Ii kabupaten Negara, di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sebatas kelurahan selalu dikumandangkan dengan usia nan berapi-jago merah seakan-akan naluri kita sudah menyatu kian kuatnya internal sanubari kita semua. Sepoteng kalimat dalam Pembukaan Undang-Undang Bawah 1945 sebagai berikut “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala nasion, oleh sebab itu penjajahan diatas mayapada harus dihapuskan karena enggak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan ”. alenia 1. Dari alenia permulaan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di atas arti terbit introduksi “merdeka ”. Perkenalan awal merdeka tersebut mengandung makna yang sangat luas, salah satunya adalah setiap anak nasion berhak lakukan mendapatkan pendidikan nan baik dan layak, artinya setiap pelanggaran terhadap eigendom-nasib baik merdeka anak nasion, proporsional halnya dengan mengantuk nasib baik asasi momongan bangsa dan lain ber-pri manusiawi dan pri keadilan. Kemudian pada empat alenia 4 Pembukaan Undang-Undang Radiks Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi “Kemudian berpangkal lega itu kerjakan mewujudkan satu pemerintahan negara indonesia yang melindungi segenap nasion indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan lakukan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kesamarataan sosial,”dst. Di alenia ini pemerintah bersungguh-sungguh berupaya buat memasrahkan perlindungan kepada seluruh rakyat Indonesia dan berupaya kerjakan mencerdaskan sukma nasion artinya semua momongan bangsa berhak bagi mengenyam pendidikan dan kewajiban tenaga pendidik atau gurulah untuk ki menggarap anak bangsa sonder kecuali sebatas anak bangsa tersebut punya mantra dan kepandaian intern berpikir dan bekerja. Al hasil pengamatan terjadi berasal mula-mula penulis bertugas sreg adv minim lebih 25 dua puluh lima tahun yang lewat yakni sekitar wulan Maret 1989, di sanalah sediakala dari perekam mewujudkan pengamatan sreg semangat dan motivasi anak asuh-anak kampung/transmigran nan menyedang merubah dan berbenah diri bikin mencerdaskan diri mudahmudahan lusa bermakna untuk nasion dan Negara khususnya bagi desa lahan kelahirannya kemudian hari. Sreg detik itu penulis bertugas pada keseleo satu Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas sebuah desa transmigrasi disalah suatu kabupaten di Kalimantan Tengah, yang ditempuh invalid makin empat jam dari kabupaten, itupun baru hingga di ibu ii kabupaten kecamatannya saja, kita harus ikut transportasi lainnya lagi yang akrab disebut dengan nama kelotok, sementara itu periode tempuh sampai ke desa wadah carik bertugas kurang lebih satu secebis jam. Pengamatan tersebut berawal dari maraknya pernikahan-akad nikah prematur nan terjadi di desa tersebut puas waktu itu. Sebagian ki akbar peristiwa tersebut terjadi karena para orang tua pada desa tersebut masih beranggapan bahwa wanita tersebut tidak bakalan jauh dengan yang namanya perigi, ketuhar dan kasur, dan ibni seolah-olah teradat hukumnya bagi berkarya mendukung orang tua di sawah dan mengembalakan ternak sehingga pendidikan di nomor duakan, ditambah lagi dengan keinginan para ibu bapak untuk mengurangi barang bawaan kehidupan. Semangat sekolah memang merupakan masa bahagia nan paling indah lakukan anak asuh-anak bangsa, tetapi waktu-masa tersebut bisa saja terpatahkan oleh faktor-faktor penghambat internal manjapada pendidikan yang notabene merupakan generasi penerus yang nantinya umpama penerima tonggak estafet perdurhakaan dan cita-cita bangsa dan Negara. Ada beberapa faktor yang bisa menghalangi maupun mematahkan semangat, ki dorongan belajar dan cita-cita mereka, selain faktor ekonomi dan mindset para orang tua akan abstrak jiwa lama yang tak perlu berubah atau berpijak lega asam garam hayat mereka. Ada faktor enggak yang mungkin dulu menentukan kerumahtanggaan memupuk kehidupan dan motivasi membiasakan serta menumbuh kembangkan cita-cita dan bakat setiap anak bangsa ialah tenaga pendidik/Guru yang setiap harinya mengetahui darah, minat dan cita-cita para anak didiknya. Pada terbatas makin 15 sampai dengan 25 tahun yang silam patahnya kehidupan, motivasi dan cita-cita sebagian anak asuh bangsa yaitu masih didominasi oleh pola pikir para orang tua yang masih menganut pola hidup apa adanya dan berpatokan pengalaman hidup mereka serta pepatah lama bahwa wanita lain jauh dari keran sumur dan kasur, dan anak asuh pria wajib membantu ayah bunda di sawah, mengembala peliharaan dan pendidikan yaitu nomor dua untuk mereka. Hasil penelusuran penulis pron bila itu, tenaga pendidik atau master habis antusias serta sangat hierarki motivasinya bikin mencerdaskan para muridnya, terlebih ada salah seorang master sampai meruahkan air mata, entah segala apa yang membuat sang guru sampai sesedih itu, tetapi yang jelas pada ketika sang suhu menerimakan pelajaran, dan kebetulan pelajaran tersebut diberikan pada murid yang duduk di kelas bawah VI SD, katib masih ingat bilamana itu apa nan dikatakan oleh sang guru puas siswanya, dengan iseng sang suhu berkata “sepemakan lagi kalian ki amblas dari SD ini, tentunya kalian akan melanjutkan ke jenjang yang lebih janjang lagi yaitu ke SMP, buya mengamanatkan seyogiannya kalian membiasakan yang rajin lagi, buktikan bahwa kalian boleh merubah hidup kalian dan merubah desa kalian ini dengan baik” tapi sungguh di luar dugaan, hampir 80% lebih mengatakan bahwa mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi dengan beraneka rupa alasan nan diutarakan. Setelah sekian hari pengamatan tersebut sempat stagnan tidak ada pengamatan kembali, tetapi beberapa musim belakangan ini, carik tanpa sengaja melihat kesedihan keseleo satu anak bangsa, dan akhirnya kembali membuat pengamatan, ternyata memang zamannya sudah beda dimana 25 tahun yang tinggal faktor-faktor penyebab patahnya nyawa, tembung dan cita-cita anak bangsa adalah sebagian lautan berasal pecah batih, saja motivasi suntuk besar berusul para tenaga pendidik maupun guru di sekolah. Dampak berupa dari kemajuan ilmu dan teknologi, maka para ibu bapak sudah tidak menyengaja begitu juga 25 periode silam sekali lagi, tetapi sudah lalu berpikiran modern, mereka sudah menganggap pendidikan itu adalah nomor suatu, dan situasi itu sudah mujarab dari banyaknya anak-anak asuh bangsa dasar kawasan pedalaman/transmigran nan sukses bersaing di era majunya ilmu dan teknologi sekarang ini. Ada suatu pengamatan yang adv amat menarik bahkan menyentuh hati kita bila dianalisa secara akal bulus sehat dan dengan cara yang bijaksana. Diantara sekian banyaknya kemajuan nan diraih anak-anak bangsa putra area di zaman masa ini cak semau suatu peristiwa yang memprihatinkan, alkisah kepahitan seorang anak bangsa yang pulang ke rumah dengan membawa kekecewaannya atas perlakuan gurunya dengan menyabdakan perkataan nan lain semestinya diucapkan maka itu koteng tenaga pendidik yang sudah tentu dulu mengetahui keadaan fsikologis dan fisiologis seorang momongan didiknya, akibat berasal mulut tersebut si anak ajar jadi down semangatnya bikin sekolah. Perlu diketahui dan bahkan ini sangat perlu diperhatikan oleh setiap tenaga pendidik atau temperatur dimana namun bertugas, bahwa seorang guru atau pendidik adalah orang yang selalu menjadi panutan lakukan semua momongan didiknya, artinya apapun yang diucapkan maupun perilaku sendiri pendidik/hawa pelalah menjadi konseptual para anak didiknya, kaprikornus kepada semua tenaga pendidik atau guru lever-hatilah dalam berperilaku dan bersabda, karena salah ucap akan mengakibatkan cemeti dan minat anak bimbing menjadi down atau akan mematahkan vitalitas dan cita-cita mereka. Jadi berdasarkan pengamatan plong dua masa yang berbeda perekam mengepas menganalisa, ada perubahan paradigma motivasi antara ibu bapak dan tenaga pendidik atau temperatur, puas 15-25 tahun yang suntuk pecut terhadap harapan dan semangat serta cita-cita momongan nasion berpunca ibu bapak alias lingkungan batih dulu kecil sekali, walaupun motivasi dari temperatur atau tenaga pendidik silam samudra, tetapi tetap sahaja motivasi sendiri tenaga pendidik atau guru itu terkalahkan. Hanya detik sekarang setelah adanya kemajuan aji-aji dan teknologi yang menembus jauh sampai kepelosok area di Negara kita tersayang ini, motivasi maupun dukungan para orang tua dan lingkungan keluarga terhadap usia dan pamrih serta cita-cita anak bangsa jauh terasa sangat lautan, suntuk pengimbangan senawat dari tenaga pendidik atau gurulah yang menambah tingginya jiwa para anak asuh bangsa sebagai penerus perjuangan bangsa ini di era kompetitifnya ilmu dan teknologi sekarang ini, karena guru adalah orang tua kedua untuk semua anak nasion di kewedanan ini. Ibarat ingatan bagi para pendidik alias yang lazim disebut guru, bahwa sebagai pendidik jika kita cermati apa yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia pertama dan alenia keempat serta Undang-Undang Sumber akar 1945 selepas amandemen pasal 31 ayat 1 nan berbunyi “Setiap pemukim Negara berwajib mendapat pendidikan” . Kemudian diikuti oleh ayat 2 yang berbunyi “Setiap warga Negara mesti mengikuti pendidikan sumber akar dan pemerintah teradat membiayainya” kemudian pada ayat 3 menyatakan “Pemerintah mengkreditkan dan menyelenggarakan satu system pendidikan Kebangsaan, dengan meningkatkan keyakinan, dan ketaqwaan, serta ahlak mulia dalam bentuk mencerdaskan jiwa nasion, yang diatur dengan undang-undang”. Lega amandemen Undang-Undang Bawah 1945 ialah pasal 28C ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak berekspansi diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya , berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh maslahat dari guna-guna pengetahuan dan teknologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat insan.” Artinya mengikuti pendidikan itu adalah hak asasi untuk setiap orang dan bagi setiap warga negara Indonesia mengikuti pendidikan dasar adalah kewajiban, sehingga pendidikan merupakan upaya pemerintah lakukan memberikan kemampuan dan mengembangkan potensi diri seyogiannya dapat menjadi seorang anak nasion yang tangguh dan mempunyai karakter serta berkehidupan social yang cegak. Mulai sejak garitan di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap anak bangsa penghuni Negara Indonesia sonder kecuali memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, kerjakan itu Komoditas mana tahu membantut dan atau melarang anak Indonesia bersekolah adalah polah melanggar hukum teratas ialah Undang-Undang Dasar 1945 dan akan dikenakan sanksi sesuai statuta perundang-invitasi yang berlaku. Renungan Bagi Tenaga Pendidik/Guru GURU Yakni PANUTAN BAGI ANAK DIDIKNYA, Guru ADALAH ORANG Nan DIGUGU DAN DITIRU, DAN JIKA Master Berkemih Berdiri MAKA Momongan DIDIK Maupun MURID AKAN KENCING BERLARI, ARTINYA Seorang GURU JANGANLAH SESEKALI MEMBERIKAN CONTOH YANG BURUK Atau Tak BAIK KEPADA MURIDNYA, BAIK ITU Tuturan MAUPUN PERILAKU, TERSIRAT Maupun TERSURAT, KARENA Rata-rata APAPUN Yang DILAKUKAN OLEH GURUNYA MURID SENANTIASA AKAN Meneladan Ataupun MENIRU Sebagai halnya APA YANG DILAKUKAN Oleh GURUNYA. Sumber Hasil Pengamatan Penulis kerumahtanggaan dua Musim dua Zaman,Pengenalan Undang-Undang Asal 1945, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen, dan Sistem Pendidikan Maka itu Bambang Supiansyah, Majikan Latar Pendidikan dan Pelatihan BKD Timur E-mail [email protected]